SURABAYA – Terindikasinya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi di wilayah Blora, Jawa Tengah, telah berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Untuk membantu menangani wabah itu, tim dari Universitas Airlangga (UNAIR) melakukan terapi dan edukasi pada Senin (13/06/2022) hingga Selasa (14/06/2022).
Tim yang terdiri dari dua dosen pendamping, tim dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), sepuluh mahasiswa koas Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), 20 mahasiswa dari FKH, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), serta Fakultas Sains dan Teknologi (FST) tersebut diterjunkan ke sepuluh desa di sembilan kecamatan yang terindikasi tinggi memiliki hewan ternak bergejala PMK.
Wilayah tersebut meliputi Desa Pengkolrejo Kecamatan Japah, Desa Nglengkir Kecamatan Bogorejo, Desa Kalen Kecamatan Kedungtuban, Desa Gempolrejo Kecamatan Tunjungan, dan Desa Jati Kecamatan Jati, Desa Jiken Kecamatan Jiken, Desa Karanggeneng Kecamatan Kunduran, Desa Jegong Kecamatan Jati, Desa Talokwohmojo Kecamatan Ngawen, dan Desa Sumber Kecamatan Kradenan.
Selama dua hari, tim UNAIR memberikan pengobatan dan terapi pada ternak sapi yang memiliki gejala PMK. Yakni berupa penyemprotan larutan Betadine 0, 05 persen kepada mukosa mulut ternak, dan larutan Cupri Sulfat (CuSO4) pada kuku sapi dengan gejala PMK.
Foto: LPPM UNAIR
Tindakan preventif berupa penyuntikan vitamin dan antibiotik juga dilakukan guna meningkatkan daya tahan tubuh pada hewan ternak lainnya.
Edukasi Kepada Peternak
Selain itu, untuk menjaga kandang tetap bersih, tim juga memberikan edukasi kepada peternak dalam membuat dan menggunakan larutan desinfektan pada lantai dan dinding kandang. Pemisahan ternak sakit dan sehat, pengetahuan seputar penularan PMK, serta penanganan mandiri terhadap hewan ternak gejala PMK juga disosialisasikan secara langsung dalam kesempatan tersebut.
Dengan memaksimalkan penanganan gejala PMK secara mandiri, diharapkan persentase kesembuhan dapat meningkat hingga 95 persen.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada meningkatnya jumlah kesembuhan hewan dengan gejala PMK, yang berimbas pada menurunnya tingkat kematian dan penyebaran virus PMK pada hewan ternak.
Baca juga:
Senyum Anak Desa, Pengobat Rindu Keluarga
|
Ketua LPPM UNAIR Dr Gadis Meinar Sari dr MKes, Rabu (22/6/2022) menyebutkan bila masyarakat masih membutuhkan bantuan, UNAIR akan berusaha untuk memenuhinya. “Bantuan tidak hanya dalam bentuk materi, misalnya dalam wabah PMK berupa obat-obatan. Tetapi lebih lanjut akan diberikan bantuan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat agar bisa bangkit menangani permasalahan ini, ” sebutnya. (*)
Penulis : Stefanny Elly
Editor : Binti Q.Masruroh